Humas IAIN Parepare --- Komitmen dan tekad Rektor IAIN Parepare untuk meningkatkan mutu akademik kampus kembali ditunjukkan dengan mengutus ...
Humas IAIN Parepare --- Komitmen dan tekad Rektor IAIN Parepare untuk meningkatkan mutu akademik kampus kembali ditunjukkan dengan mengutus tiga delegasinya pada kegiatan Konferensi Penjamin Mutu Perguruan Tinggi Islam berskala internasional yang berlangsung selama 3 hari, yaitu 28-30 Oktober 2019 di Hotel Sultan, Tanah Abang Jakarta.
Konferensi Internasional ini diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) bekerjasama dengan seluruh perguruan tinggi Islam negeri atau swasta di Indonesia. Delegasi IAIN Parepare terdiri dari Sitti Jamilah Amin (Wakil Rektor Bidang APK), Ali Rahman (Sekretaris LPM), dan Muzdalifah Muhammadun (Kepala Pusat Penjamin Mutu Akademik).
Konferensi Penjamin Mutu Perguruan Tinggi Islam merupakan forum yang diinisiasi oleh 21 negara Islam yang terhimpun dalam organisasi OKI. Tahun 2013, mereka berkumpul dan bersepakat di Kazakstan untuk membicarakan peningkatan mutu Perguruan Tinggi Islam di dunia. Tahun 2014, kali pertama negara-negara Islam tersebut menggelar Konferensi Internasional Penjamin Mutu Akademik PTI.
Sejalan dengan ekspektasi para pimpinan univeritas peserta konferensi, konferensi internasional kali ini mengambil topik ‘Quality Assurance for Higher Education 4.0 in the Islamic World: Learning from the Past and Meeting the Future of Challenges.
Konferensi dibuka langsung oleh Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti, Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc, didampingi Presiden Islamic Quality Assurance sekaligus Direktur Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi atau BAN PT, Prof. Dr. T. Basaruddin.
Dalam sambutannya, seperti yang dikutip dari Republika. com, Patdono Suwignjo mengingatkan para pimpinan universitas dan pengambil kebijakan pendidikan tentang tantangan yang dihadapi perguruan tinggi. Menurutnya, tantangan nyata itu adalah revolusi industri 4.0 beserta dampak ikutannya di berbagai aspek kehidupan manusia, terutama pendidikan.
Revolusi industri, sambungnya, ditandai automatisasi di segala bidang kehidupan manusia. Kondisi ini menuntut hadirnya sumber daya manusia riset akademik yang tanggap dengan perubahan zaman.
Atas dasar itu, lanjutnya, mau tak mau perguruan tinggi nasional Indonesia perlu mempersiapkan diri guna beradaptasi dengan perkembangan revolusi industri 4.0. Menurutnya, adaptasi jangan semata retorika wacana melainkan sudah harus diimplementasikan perguruan tinggi.
Untuk itu, ia berharap konferensi internasional bisa dimanfaatkan sebagai ajang pertukaran gagasan perkembangan akademik masing-masing universitas. Forum yang menghadirkan perwakilan berbagai perguruan tinggi terbaik diharap menjadi ajang tukar menukar informasi peningkatan kualitas mutu akademik masing-masing. “Forum ini bagus untuk diskusi bagaimana kita bisa beradaptasi di era revolusi industri 4.0,” tandasnya.
Pembicara yang hadir dalam konferensi ini diantaranya Jawaher Shaheen al Mudhahki (Chied Executive of the Education and Training Quality Assurance Bahrain), Susanna Karakhanyan (Accreditation Commission, National Center for Professional Education Quality Assurance (ANQA), Armenia), Amany Lubis (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Abd. Haris (Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), Fathul Wahid (Universitas Islam Indonesia Yogjakarta).
Tidak ada komentar