Humas IAIN Parepare --- Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare menggelar Kuliah Dosen Tamu di Gedung Seni Budaya, Senin, 4/11/2019. Hadir sebagai d...
Humas IAIN Parepare --- Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare menggelar Kuliah Dosen Tamu di Gedung Seni Budaya, Senin, 4/11/2019. Hadir sebagai dosen tamu adalah Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof. Dr. H. Dedi Djubaidi, MA. Beliau sedang mengikuti Program Sabbatical Leave Tahun 2019.
Kegiatan Kuliah Dosen Tamu ini dihadiri sekitar 300 generasi milenial dari mahasiswa Fakultas Tarbiyah. Selain itu, hadir pula pejabat dan dosen-dosen Fakultas Tarbiyah. Kuliah ini mengangkat tema "Agen Pemahaman Moderasi Beragama untuk Generasi Milenial".
Dalam acara pembukaan, Dekan Fakultas Tarbiyah, Saefudin mengenalkan Prof. Dedi Djubaidi sebagai akademisi senior yang sarat pengalaman. Saefudin menyebut deretan karir dan jabatan beliau yang cukup panjang di lingkungan Kemenag RI merupakan indikator dari kapasitas dan dedikasi Prof. Dedi.
"Prof. ini pernah menjabat sebagai Pembantu Ketua III, Pembantua Ketua IV, dan Direktur Pascasarjana STAIN Cirebon. Karir beliau terus berlanjut menjadi Rektor IAIN Ambon (2008/2011). Selanjutnya pernah mengurus madrasah se- Indonesia ketika menjabat Direktur Pendidikan Mandrasah Pendis Kemenag RI. Saat ini, Prof. adalah Direktur Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Ciribon," kata Saefudin mengurai jabatan dosen tamunya.
"Kami berharap, Prof. Dedi memberikan semangat, motivasi, pengalaman dan ilmu pengetahuannya kepada kami. Khususnya kepada mahasiswa sebagai generasi milenial dalam menjalani kehidupan mereka," demikian harapan Dekan Fakultas Tarbiyah kepada Prof. Dedi Djubaidi.
Kurang lebih dua jam, Dedi Djubaidi berbicara dalam kuliah tamu ini. Beliau mengurai pokok-pokok pikirannya terkait eksistensi, peran, dan tantangan masa depan generasi milenial. Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengajak generasi milenial untuk menanamkan pola pikir dan pola perilaku yang terbuka dan moderat dengan mencontoh perilaku Rasulullah Saw.
"Ketika terjadi fathul makkah, ada peristiwa provokatif yang dialami Rasulullah. Pada saat umat Islam merayakan pembebasan kota Makkah dengan meneriakkan "yaumul marhamah" (hari kasih sayang). Ada seorang pemuda berteriak "yaumul "malhamah" (hari pencincangan) dari atas bukit. Teriakan pemuda tersebut membuat sahabat Rasulullah terprovokasi dan menghunus pedang masing-masing".
"Melihat sahabat-sahabatnya terprovokasi, Rasulullah Saw bersikap tenang dan meredam emosi sahabatnya. Rasulullah meminta sahabat untuk tidak terpancing dengan teriakan provokatif tersebut dengan alasan yang masuk akal. Hasilnya sahabat Rasulullah kembali tenang dan memasukkan kembali pedang ke gagangnya masing-masing", kisah Wakil Ketua LPTNU PB NU dihadapan mahasiswa.
Kisah tersebut diketengahkan Prof. Dedi Djubaidi melihat fenomena masyarakat hari ini yang cepat terprovokasi. "Hanya melihat pernyataan atau isu-isu tidak jelas melalui whatshap, facebook dan medsos lainnya, kita langsung emosional, marah atau tepecah belah".
Menurutnya, ada 3 type perilaku manusia, yaitu 1) orang senang menyalahkan orang lain, 2) tidak menyalahkan orang lain, tetapi belajar menyalahkan dirinya sendiri, dan 3) orang tidak menyalahkan menyalahkan siapa-siapa. Type orang yang ke- 3 menurut Prof. Dedi adalah orang yang bijak. Sementara type yang ke- 2 adalah orang sedang/mau belajar.
Beliau mengajak generasi milenia, jika belum bisa menjadi orang bijak, maka jadilah orang yang mau belajar dan tidak menyalahkan orang lain. "Islam ini adalah rahmatan lil alamin. Islam mengedepankan kasih sayang. Jika karakter ini dimiliki maka hidup ini menjadi tenang dan bahagia. Jika rahmat itu dominan, maka tidak ada lagi orang yang menakuti dan membuat sedih orang lain".
"Mulai dari Surah al- Fatihah sampai Surah an- Naas dalam al- Quran adalah pentunjuk. Ajaran-ajaran di dalamnya adalah pedoman alam semesta. Jika diamalkan maka akan membentuk karakter yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Karakter-karakter itulah yang disebut perilaku moderat. "Jadi marilah kita menunjukkan kepada siapa pun dan kepada dunia, bahwa generasi milenia lebih memilih karakter "rahmah" kasih sayang" paparnya mengajak mahasiswa.
Tidak ada komentar